Kamis, 10 November 2011

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN ANEMIA


ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
DENGAN ANEMIA

1.      Pengertian
Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah hemoglobin dalam 1 mm3 darah atau berkurangnya volume sel yang didapat dalam 100 ml darah (Ngastia, 1997 ; 398)
Anemia adalah berkurangnya volume eritrosit di kadar HB di bawah batas nilai-nilai yang dijumpai pada orang sehat (Nelson; 838)

2.      Klasifikasi
1)      Anemia Aplastik
2)      Anemia Defisiensi Zat Besi
3)      Anemia Hemolitik














3.      Etiologi dan Patofisiologi
 




























KLASIFIKASI ANEMIA

1.      ANEMIA APLASTIK
1.1   Penyebab
-         Obat-obatan (kloramphenikol, insektisida, anti kejang)
-         Penyinaran yang berlebihan
-         Sumsum tulang yang tidak mampu memproduksi sel darah merah.
1.2   Gejala Klinis
-         Pucat
-         Cepat lelah
-         Lemah
-         Gejala Icokopenia / trombositopeni
1.3   Pemeriksaan penunjang
Terdapat pensitopenia sumsum tulang kosong diganti lemak, neotrofil kurang dari 300 ml, trombosit kurang dari 20.000/ml, retikulosit kurang dari 1% dan kepadatan seluler sumsum tulang kurang dari 20%.
1.4   Pengobatan
-         Berikan transfusi darah “Packed cell”, bila diberikan trombosit berikan darah segar / platelet concentrate.
-         Atasi komplikasi (infeksi) dengan antibiotic, hygiene yang baik perlu untuk mencegah timbulnya infeksi.
-         Untuk anemia yang disebabkan logam berat dapat diberikan BAC (Britis Antilewisite Dimercaprol)
-         Transplantasi sumsum tulang
-         Prednison dan testoteron
Prednison dosis 2-5 mg/kg BB/hari per oral
Testoteron dosis 1-2 mg/kg BB/hari secara parenteral
Hemopocitik sebagai ganti testoteron dosis 1-2 mg/kg BB/hari per oral
Hendaknya memperhatikan fungsi hati
2.      ANEMIA DEFISIENSI ZAT BESI
2.1   Penyebab
-         Masukan zat besi dalam makanan yang tidak adekuat
-         Masukan makanan dari susu sapi secara tidak langsung
-         Penyebab Hb yang tepat tidak terjadi
-         Janin yang lahir dengan gangguan structural pada system pencernaan
-         Kehilangan darah kronis akibat adanya lesi pada saluran pencernaan
2.2   Gejala klinis
Anak tampak lelah dan lekas lelah, pucat, sakit kepala, iritabe dan anak tidak  tampak sakit karena perjalanan penyakit menahun, tampak pucat terutama pada inukosa bibir, faring, telapak tangan dan dasar kuku, konjungtiva okuler berwarna kebiruan atau berwarna putih mutiara dan jantung agak membesar.
2.3   Pemeriksaan penunjang
Ferritin serum rendah kurang dari 30 mg/l, MCV menurun ditemukan gambaran sel mikrositik hipokrom, Hb dan eritrosit menurun.
2.4   Pengobatan
Dengan pemberian garam-garam sederhana peroral (sulfat, glukonat, fumarat), preparat, besi secara parenteral besi dekstram, jika anak sangat anemis dengan Hb di bawah 4 gm/dl diberi 2-3 ml/kg packed cell, jika terjadi gagal jantung kongestif maka pemberian modifikasi transfusi tukar packed eritrosis yang segar, dapat pula diberi furosemid.








3.      ANEMIA HEMOLITIK
3.1   Penyebab
3.1.1   Faktor instrinsik
-         Karena kekurangan bahan untuk membuat eritrosit
-         Kelainan eritrosit yang bersifat congenital seperti hemoglobinopati
-         Kelainan dinding eritrosit
-         Abnormalita dari enzym dalam eritrosit
3.1.2   Faktor ekstrinsik
-         Akibat reaksi non immunitas (akibat bahan kimia atau obat-obatan, bakteri)
-         Akibat reaksi immunitas (karena eritrosit diselimuti anti body yang dihasilkan oleh tubuh itu sendiri)
3.2   Gejala klinis
Badan panas, menggigil, lemah, mual muntah, pertumbuhan badan yang terganggu, adanya ikhterus dan spelenomegali.
3.3   Pemeriksaan penunjang
Terjadi penurunan Ht; penggian bilirubin inderik dalam darah dan peningkatan bilirubin total sampai 4 mg/dl dan peninggian urobilin.
3.4   Penatalaksanaan
Tergantung dari penyakit dasarnya, splenoktomi merupakan tindakan yang harus dilakukan.
Indikasi dan splenoktomi adalah :
-         Sferositosis konginital
-         Hipersplenisme
-         Limia yang terlalu besar sehingga menimbulkan gangguan mekanisme
Berikan kortikosteroid pada anemia hemolisis autoimum, transfusi darah dapat diberikan jika keadaan berat.



LANDASAN ASUHAN KEPERAWATAN

1.      PENGKAJIAN
1.1   Biodata                 :  Bisa terjadi pada semua anak
1.2   Keluhan utama       :  Lemah badan, pusing anak rewel
1.3   Riwayat penyakit sekarang
Adanya lemah badan yang diderita dalam waktu lama, terasa lemah setelah aktivitas, adanya pendarahan, pusing, jantung berdebar, demam, nafsu makan menurun, kadang-kadang sesak nafas, penglihatan kabur dan telinga berdengung.
1.4   Riwayat penyakit keluarga
Ada anggota keluarga yang menderita hematologis.
1.5   Riwayat penyakit dahulu
1.5.1   Antenatal            :  Penggunaan sinar-X yang berlebihan
1.5.2   Natal                  :  Obat-obat
1.5.3   Postnatal            :  Pendarahan, gangguan sistem pencernaan
1.6   Activity daily life
1.6.1   Nutrisi                :  nafsu makan menurun, badan lemah
1.6.2   Activity               :  Jantung berdebar, lemah badan, sesak nafas, penglihatan kabur
1.6.3   Tidur                  :  Kebutuhan istirahat dan tidur berkurang banyak
1.6.4   Eliminasi             :  Kadang-kadang terjadi konstipasi
1.7   Pemeriksaan
1.7.1   Pemeriksaan umum
Keadaan umum lemah, terjadi penurunan tekanan sistol dan diastole, pernafasan takipnea, dipsnea, suhu normal, penurunan berat badan.




1.7.2   Pemeriksaan fisik
-       Kepala        :  Rambut kering, menipis, mudah putus, wajah pucat, konjungtiva pucat, penglihatan kabur, pucat pada bibir, terjadi perdarahan pada gusi, telinga berdengung
-       Leher          :  JVP melemah
-       Thorax        :  Sesak nafas, jantung berdebar-debar, bunyi jantung murmur sistolik
-       Abdomen    :  Sistem abdomen, perdarahan saluran cerna, hepatomegali dan kadang-kadang splenomegali
-       Extrimitas    :  Pucat, kaku mudah patah, telapak tangan basah dan hangat
1.7.3   Pemeriksaan penunjang
-         Pemeriksaan darah lengkap
-         Pemeriksaan fungsi sumsum tulang

2.      DIAGNOSA KEPERAWATAN
2.1   Perubahan perfusi jaringan b/d perubahan komponen seluler yang diperlukan untuk mengirim oksigen atau nutrien ke sel
2.2   Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara pengirim dengan kebutuhan oksigen
2.3   Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d ketidakmampuan untuk mencerna makan atau absorbsi nutrisi yang diperlukan
2.4   Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit b/d perubahan sirkulasi dan neurologis gangguan mobilitas.
2.5   Resiko tinggi terjadi b/d perubahan sekunder tidak adekuat (menurunnya Hb)





3.      RENCANA KEPERAWATAN
3.1   Dx : Perubahan perfusi jaringan b/d perubahan komponen-komponen seluler yang diperlukan untuk mengirim oksigen atau nutrien ke sel
Tujuan : Perfusi jaringan adekuat
Kriteria hasil :    - Tanda vital
                         - Membran mukosa merah
                         - Akral hangat
Intervensi
-         Awasi TTV, kaji warna kulit atau membran mukosa dasar kulit
R/ Memberikan informasi tentang denyut perfusi jaringan dan membantu menentukan intervensi selanjutnya.
-         Atur posisi lebih tinggi
R/ Meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi
-         Observasi pernafasan
R/ Dispnea menunjukkan gejala gagal jantung ringan
-         Kaji untuk respon verbal melambatkan mudah terangsang gangguan memori
R/ Mengindikasikan definisi dan kebutuhan pengobatan
-         Kolaborasi dalam pemberian transfusi
R/ Meningkatkan jumlah sel pembawa oksigen, memperbaiki defisiensi, menurunkan resiko tinggi pendarahan
3.2   Dx : Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara pengirim dengan kebutuhan oksigen
Tujuan : Dapat melakukan aktivitas sampai tingkat yang diinginkan
Kriteria hasil :    - Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas
                        - Menunjukkan penurunan tanda-tanda vital




Intervensi
-         Kaji kehilangan atau gangguan keseimbangan jaya jalan atau kelemahan otot
R/ Menunjukkan perubahan neorologi karena defisiensi vitamin B12 mempengaruhi keamanan pasien atau resiko cidera.
-         Awasi TD, nadi, pernafasan selama dan sesudah aktivitas
R/ Manifestasi kardiopulmunal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.
-         Ubah posisi pasien dengan perlahan dan pantau terhadap pusing
R/ Hipotensi atau hipoksia dapat menyebabkan pusing, berdenyut dan peningkatan resiko cidera
-         Berikan bantuan dalam aktivitas atau ambulasi bila perlu
R/ Membantu bila perlu, harga diri ditingkatkan bila pasien melakukan sesuatu sendiri.
-         Berikan lingkungan tenang, pertahankan tirah baring bila diindikasikan
R/ Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru
3.3   Dx : Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d ketidak mampuan untuk mencerna makanan atau absorbsi nutrisi yang diperlukan
Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
Kriteria hasil :    - Menunjukkan peningkatan berat badan
                        - Nafsu makan meningkat
                        - Pasien tidak mual dan muntah
Intervensi
-         Kaji riwayat nutrisi termasuk makan yang disukai
R/ Mengidentifikasi defisiensi
-         Observasi dan catat masukan makanan klien
R/ mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan makanan


-         Timbang berat badan tiap hari
R/ Mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi
-         Berikan makanan sedikit tapi sering
R/ Menurunkan kelemahan dan meningkatkan masukan mencegah disiensi gaster
-         Pantau pemeriksaan Hb, albumen protein dan zat besi serum
R/ Meningkatkan efektivitas program pengobatan termasuk diet nurtrisi yang diberikan
3.4   Dx : Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit b/d perubahan sirkulasi dan neurologis gangguan mobilitas
Tujuan : Integritas kulit adekuat
Kriteria hasil :    - Mempertahankan integritas kulit
                        - Mengidentifikasi faktor resiko / perilaku individu untuk mencegah cedera dermal
Intervensi
-         Kaji integritas kulit catat perubahan pada turgor, gangguan warna, hangat lokal, eritema
R/ Kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi dan mobilisasi
-         Ubah posisi secara periodik dan pijat permukaan tulang bila pasien tidak bergerak atau tidur di tempat tidur
R/ Meningkat sirkulasi kesemua area kulit membatasi iskemia jaringan atau mempengaruhi hipoksia seluler
-         Anjuran permukaan kulit kering dan bersih, batasi penggunaan sabun
R/ Area lembab, terkontaminasi, memberikan media yang sangat baik untuk pertumbuhan organisme patogen, sabun dapat mengeringkan kulit secara berlebihan dan dapat meningkatkan iritasi.



3.5   Dx : Resiko tinggi terjadi infeksi b/d perubahan sekudner tidak adekuat (penurunan Hb)
Tujuan : Tidak adanya infeksi pada sistem tubuh
Kriteria hasil :    - Mengidentifikasi untuk mencegah atau menurunkan resiko infeksi
                        - Meningkatkan penyembuhan luka, eritema dan demam
Intervensi
-         Tingkatkan cuci tangan yang baik untuk pemberi perawatan dan pasien
R/ Mencegah kontaminasi silang atau kolonisasi bakteri
-         Pertahankan teknik aseptik tepat pada prosedur perawatan luka
R/ Menurunkan resiko kolonisasi atau infeksi bakteri
-         Pantau atau batasi pengunjung berikan isolasi bila memungkinkan
R/ Membatasi pemajaran pada bakteri infeksi
-         Pantau suhu catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa demam
R/ Indikator proses inflamasi atau infeksi membutuhkan evaluasi atau pengobatan

4.      PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Disesuaikan dengan intervensi

5.      EVALUASI KEPERAWATAN









DAFTAR PUSTAKA

Ngastiah. 1997. PERAWATAN ANAK SAKIT, EGC, Jakarta
Nelson. 2003. ILMU KEPERAWATAN ANAK, EGC, Jakarta








ASUHAN KEPERAWATAN
ANEMIA PADA ANAK




 













Disusun Oleh :
EKA SANTI AFANDI      NIM : 2003.09
SITI FATIMAH                NIM : 2003.42


AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN
2004 / 2005

Tidak ada komentar:

Posting Komentar